Oleh:
Lukman Abdurrahman
Demikian pula, kekuasaan formal berbasis politis dan teritorial di Indonesia ini sudah tertata rapih. Penguasa wilayah paling rendah adalah lingkup ketua Rukun Tetangga (RT). Lingkup RT ini berada dalam koordinasi ketua Rukun Warga (RW), demikian pula para ketua RW berada dalam koordinasi atau komando para Kepala Desa (Kades) atau Lurah. Para Kades atau Lurah terlingkupi oleh kekuasaan para Camat, yang juga berada dalam lingkungan kekuasaan para Bupati/ Walikota. Para Bupati/ Walikota berada dalam koordinasi para Gubernur. Adapun para Gubernur dipimpin oleh pemegang kekuasaan negara, yaitu Presiden yang dalam beberapa hal didelegasikan kepada Mentri Dalam Negeri.
Sebenarnya kekuasaan formal lain ada juga seperti pembagian wilayah teritorial militer, kepolisian, kantor-kantor perwakilan kementrian dan lain-lain yang secara tertata terstruktur dari pusat sampai area terkecilnya. Semua memperlihatkan hubungan gabungan (union), yaitu penguasa lebih kecil berada dalam kontrol penguasa di atasnya, sehingga secara keseluruhan menjadi satu penggenggam kekuasaan, dalam hal ini Presiden Republik Indonesia. Satu kesatuan ini tentu mencakup kekuasaan formal dan informal sekaligus.
Adalah wajar ada pertanyaan, siapakah yang mengontrol penguasa-penguasa negara-negara di muka bumi ini, mengingat secara induktif dinyatakan di atas bahwa setiap kekuasaan tingkat bawah akan ada kontrol kekuasaan di atasnya? Apakah Perserikatan Bangsa-Bangsa? Ah rasanya tidak, mengingat ada anggota yang membangkang seperti Israel, PBB tak bisa berbuat banyak. Jadi siapa?
Sesungguhnya harus ada Penguasa yang secara meta politis mengendalikan seluruh penguasa di muka bumi, baik presiden, raja, kaisar, perdana mentri dan lain-lain. Siapakah Dia itu? Itulah Tuhan semesta alam yang keberadaan-Nya harus Tunggal karena menguasai seluruh kekuasaan alam semesta ini sesuai nalar induktif mulai tingkat RT sampai presiden di atas. Dalam hal ini, surah Al-Ikhlash menguatkan logika di atas sebagai berikut, “Katakanlah: Dia-lah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah tempat bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan. Dan tidak ada sesuatu pun yang setara dengan Dia”.