Menyiasati Pemanfaatan Ruang dan Waktu


Oleh: Lukman Abdurrahman

05012012(001)Demi masa. Sesunguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran. (Surah Al-Ashr)

Telah dimaklumi bahwa kehidupan manusia dan seluruh makhluk umumnya selalu bersinggungan erat dengan konsep ruang dan waktu.  Manusia, tumbuhan, hewan bahkan makhluk tidak kasat mata pun dapat hidup hanya pada ruang tertentu.  Manusia, misalnya, dapat hidup normal di permukaan bumi di daratan belahan utara, katulistiwa dan di belahan selatan.  Menjadi tidak normal jika manusia harus hidup di dalam air, di udara lepas bahkan di perut bumi, kecuali ada alat bantu.

Begitu pula ada tumbuhan yang hanya hidup di ruang tertentu, misalnya pohon kurma hanya dapat hidup di daerah gurun, walau di tempat selain gurun tumbuh pula namun tidak normal.  Yang terjadi pada binatang hampir sama, karena ada binatang yang hanya dapat hidup di daerah dingin saja seperti burung penguin dan sebaliknya hewan tropis akan mati jika dipelihara di daerah kutub.

Dalam skala makro kita dapat memerhatikan bahwa diantara 8 planet tata surya kita, yang sudah pasti ketahuan ada kehidupan hanya di planet bumi, planet-planet lain dapat dikatakan tidak menyediakan ruang kehidupan untuk aneka hayati seperti di bumi.  Ini mengindikasikan bahwa ada prasyarat-prasyarat tertentu guna terjadinya kehidupan.   Dengan kata lain ruang kehidupan adalah relatif, satu lokasi belum tentu berlaku untuk semua makhluk, tapi setiap makhluk membutuhkan ruang untuk hidup.

Interaksi di antara ruang akan mengakibatkan timbulnya waktu. Hal ini dapat dijelaskan dengan contoh berikut, ruang bumi mengitari ruang matahari dalam sekali putaran mengakibatkan muncul konsep waktu satu tahun atau 12 bulan syamsiah.  Satelit bulan mengitari bumi dalam sekali putaran menghasilkan waktu satu bulan dan kemudian 12 bulannya menjadi satu tahun komariah/ hijriah.  Demikian pula bumi berotasi pada porosnya dalam sekali putaran menghasilkan konsep waktu sehari semalam atau 24 jam.

Begitu selanjutnya berlaku untuk planet-planet lain, karena jarak masing-masing planet ke matahari berbeda-beda, maka konsep waktu masing-masingnya akan berbeda pula.  Planet Merkurius yang paling dekat ke matahari dan kemudian planet Venus kedua terdekat membutuhkan waktu kurang dari satu tahun (perhitungan bumi) untuk satu kali putaran mengitari matahari.  Sedangkan planet Yupiter dan yang jauh lainnya membutuhkan waktu lebih lama lagi untuk melakukan satu kali putaran terhadap matahari.

Hal ini memberikan kesimpulan lain bahwa konsep waktu pun adalah relatif. Artinya masing-masing ruang mempunyai definisi waktu yang khas pula yang belum tentu sama satu dengan lainnya.  Namun yang pasti setiap makhluk yang hidup di dalam ruang yang menimbulkan waktu tersebut terliputi dengan waktu itu sendiri.  Tidak ada satu pun makhluk yang bisa melepaskan diri dari kungkungan waktu.

Penjelasan di atas ingin menekankan bahwa sistem kehidupan makhluk atau ciptaan adalah fungsi ruang dan waktu, artinya kualitas maupun kuantitas makhluk tersebut dapat ditakar dan bergantung kepada di mana dan kapan dia hidup.  Hal ini berkaitan baik dengan sifat-sifat lahiriah maupun nilai-nilai ruhaniyah ciptaan tersebut.  Sifat-sifat lahiriah misalnya berhubungan dengan tingkat kesehatan jasmani, seperti pohon kurma yang telah disebutkan di atas akan berbeda perkembangan sifat tumbuhnya antara di gurun dan di daerah tropis, demikian selanjutnya.  Adapun nilai-nilai ruhaniyah berkaitan dengan perkembangan sifat mentalitas, contohnya seorang anak yang hidup di area pinggiran hutan akan mempunyai nyali yang relatif lebih besar akibat pengaruh ganasnya lingkungan kehidupan dibandingkan jika ia hidup di tempat yang aman dari tantangan.  Begitu pula seorang anak manusia yang selalu dimanjakan lingkungan sekitarnya akan memiliki sikap mental dan kondisi fisik yang rapuh manakala harus berhadapan dengan situasi dan kondisi yang tidak ramah.

Tulisan ini pada dasarnya ingin menyoroti parameter ruang dan waktu pada kualitas kehidupan manusia muslim.  Seorang muslim sebagaimana juga non muslim pasti menempati ruang kehidupan dan otomatis terlingkupi dengan waktu.  Bedanya, bagi seorang muslim parameter ruang dan waktu menjadi memiliki makna khusus karena sebagaimana dinyatakan Al-Qur’an, nilai seorang muslim berkaitan erat dengan kepandaian yang bersangkutan memanfaatkan ruang dan waktu (surah Al-Ashr).

Hal ini dapat dilihat dari bagaimana ia memanfaatkan ruang dan waktu pada kesehariannya dalam hal pembinaan dirinya dengan memanfaatkan kegiatan ritual yang berbasis kedua variabel tersebut.  Misalnya shalat lima waktu, harus dilakukan di tempat yang memenuhi persyaratan sahnya shalat dan dilakukan pada waktu-waktu tertentu pula. Demikian pula kegiatan-kegiatan ritual lainnya, selalu erat kaitannya dengan tempat dan waktu.

Kita ketahui bahwa ibadah-ibadah ritual dalam Islam yang dirumuskan dalam lima rukun Islam merupakan pilar-pilar yang kepadanya bangunan keislaman seorang muslim harus ditempelkan.  Menjadi seorang muslim paripurna adalah manakala dia bisa tampil sebagai manusia yang mampu menghiasi dirinya dengan kesempurnaan akhlak yang berbasis dari rukun Islam.  Pengembangan diri yang berbasis pada rukun Islam ini menghendaki kedisiplinan hidup yang tinggi baik dari sisi waktu maupun dari sisi ruang.  Kegiatan ini merupakan aktivitas yang harus terus menerus dijalani sebagaimana terus menerusnya pergantian waktu terjadi.  Kegiatan yang bersifat siklus ini adalah konsep pematangan pribadi bagi setiap muslim sebagai fungsi waktu dan tempat sekaligus.

Di sisi lain, walaupun ruang dan waktu sangat berpengaruh pada pengembangan kualitas pribadi seorang muslim, bukan berarti bahwa ruang dan waktu harus dimutlakkan pula.  Ruang dan waktu bagi seorang muslim adalah dua hal yang harus memperoleh pemanfaatan yang optimal di mana dan kapan pun dia ada.  Ini berarti bahwa sepanjang dia hidup di muka bumi di belahan mana saja, itu adalah ruang tempat dia berkarya selama waktu hidup yang dipunyai.  Supaya hasil karyanya memperoleh penghargaan dari Allah SWT, seyogyanya karya yang dihasilkan adalah karsa dan karya yang sejalan dengan sunnatullah dan bernuansa persembahan kepada-Nya.  Wallaau’lam bishshawaab


Leave a Reply